Kuliner

Mengapa Sambal Si Pembakar Lidah Tak Bikin Jera?

Oleh: Willy Anugrah Editor: Rini Rustriani Lesti Handayani 30 Jun 2024 - 17:40 Kediri

KBRN, Kediri: Mengapa sambal yang sengatannya seolah-olah mampu membakar lidah justru tidak pernah mampu menjadikan penikmatnya jera bahkan terus mencarinya? Mungkin pertanyaan ini tepat diungkapkan untuk menguak teka-teki si paling candu yakni sambal, salah satu kondimen atau makanan penyedap yang bisa dikatakan menjadi juara nomor wahidnya selera nusantara.

Bicara sejarah, jauh sebelum bangsa Spanyol dan Portugis pada abad ke-16 membawa tanaman cabai masuk ke Indonesia, nenek moyang kita menggunakan cabai puyang, lada, dan jahe sebagai bahan utama untuk membuat sambal. Sebagai menu tambahan yang hampir dipastikan tidak terpisahkan dari berbagai jenis makanan utama, sambal telah melewati sejarah perkembangan dengan ciri khas masing-masing di setiap wilayah.

Sebagai Warga Negara Indonesia, rasanya siapapun patut berbangga manakala negeri ini kaya akan rempah-rempah dan berbagai macam jenis bahan baku bumbu dapur. Bahkan bukan sebuah pemandangan baru lagi manakala warga yang memiliki lahan berlebih di rumahnya kemudian memanfaatkannya untuk menanam buah, sayuran, dan aneka tanaman bumbu dapur yang bisa digunakan sewaktu-waktu tanpa harus membelinya terlebih dulu di pasar.

Mengkonsumsi makanan pedas dengan berbagai macam level sesuai selera, apapun alasannya selalu menghadirkan sensasi lidah terbakar hebat, berkeringat, bahkan tidak jarang hingga membuat sakit perut. Meski demikian, siapa yang jera setelah disiksa pedasnya sambal?

Sambal mengandung senyawa yang disebut capsaicin dengan tekstur oily atau berminyak. Apabila zat ini menempel di permukaan lidah, maka akan menimbulkan sensasi panas seperti terbakar. Mengapa dikatakan sensasi? Karena pedas sebenarnya bukanlah merupakan rasa yang dihasilkan oleh makanan, melainkan tidak lebih dari sebuah respon akan sensasi yang dihadirkan secara tiba-tiba.

Sementara itu, sensasi pedas yang menimbulkan rasa panas memicu adanya sejumlah reaksi seperti wajah memerah, berkeringat, dan mengeluarkan air mata. Reaksi-reaksi ini menyebabkan timbulnya pelepasan endorphin yang dikenal sebagai zat kimia dengan efek memunculkan rasa senang. Mengutip dari Official Instagram @everydayhealth, para peneliti menggambarkan kemiripannya dengan ketika seseorang kecanduan narkoba.

RRI Kediri turut berkesempatan mewawancarai Happy Kurniawan (44), warga Kota Kediri yang begitu menggilai makanan-makanan pedas dengan level tinggi, Minggu (30/6/2024). “ Apapun makanannya harus pedas supaya nendang. Meski lauknya cuma tahu tempe, asal ada sambel ya hajar aja. Favorit saya sambal tomat, sambal bajak, sambal lombok ijo, sama satu lagi sambal teri. Kalau sudah ketemu sambel teri, lawuh (red. lauk) kerupuk aja nikmatnya minta ampun, “ katanya seraya mengaku selalu request 10 bahkan pernah hingga 15 cabai setiap kali memesan rujak cingur langganannya.

Sementara itu, Herry Susanto (43) yang merupakan reporter RRI Kediri menuturkan kecintaannya pada sambal pencit favoritnya. “ Perpaduan rasa masam mangga muda dan pedasnya capai merah bikin nagih. Lauknya lebih pas ayam atau bebek goreng. Kalau pas tanggal tua, bisa diganti ikan asin, “ ujarnya sembari tertawa bahagia, Minggu sore.