seputar-kampus

Berawal Dari Kisah Harian, Jadi Buku Puisi Dosen Upgris Semarang

Oleh: Syamsudin Editor: Tika Vilystya Budiman 10 May 2020 - 11:30 semarang

KBRN, Demak : Komunitas Rumah Kita (Koruki) Demak menggelar diskusi dan bedah buku berjudul "Waktu Indoneia Bagian Bercerita" karya Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Semarang  Setia Naka Andrian.

Dalam buku tersebut, juga terdapat puisi yang ditulis saat mengikuti residensi di Belanda pada Oktober 2019 berjudul "Amsterdam Kemarin".

Ketua Koruki Demak Kusfitria Martyasih mengatakan, Setia Naka sang penulis buku dapat menjadi inspirasi kaum muda. Melalui kata,  Setia Naka bisa mewujudkan mimpi berkunjung ke berbagai tempat baik dalam maupun luar negeri. 

"Keberhasilan gerakan literasi ketika ada bukti, tidak hanya berhenti pada membaca tetapi pada karya apa saja. Menulis apa saja, sukanya komik ya nulis komik, sukanya novel ya nulis novel. Kita mulai menulis dari apa yang kita sukai," ujarnya, Minggu (1/3/2020).

Menurutnya, literasi bukan hanya kegiatan membaca, namun dapat mengiring ke berkarya seperti yang dilakukan Setia Naka.

Sementara itu ditempat yang sama, Setia Naka sang penulis buku menyampaikan  buku "Waktu Indonesia Bagian Bercerita" berisi pengalamannya sejak berkecimpung didunia puisi. 

"Awalnya harus memilih secara serampangan puisi saya yang bertebaran, diantaranya puisi saat residensi di Leiden, namun selanjutnya penerbit yang sendiri yang memilih dan memilahnya untuk dijadikan buku," kata Setia Naka.

Dikemukakan, semakin  tak berhenti  menulis puisi, seakan menemukan tubuh tubuh baru yang kian rumpang, tidak utuh, berserakan dan sangat tak beraturan. 

"Dan semakin menulis puisi, kemudian membukukannya, saya seolah menciptakan jebakan baru bagi diri sendiri dan sama sekali tak ingin menemukan jalan keluarnya," ujarnya.

Pemerhati Literasi yang juga anggota DPRD Demak Marwan Sarbini menilai, puisi karya Setia Naka belum menunjukkan gaya pribadi penulis. Menurutnya, masih terdapat kemiripan gaya menulis Setia dengan para sastrawan lama.

"Ke depan semoga penulis makin mengembangkan karya dan menemukan jati diri kepenulisannya," harapnya.

Berikut salah satu puisi yang ada dibuku "Waktu Indoneia Bagian Bercerita" ditulis ketika berada di Belanda.

Amsterdam Kemarin
Aku masih saja gigil, Amsterdam
Sedang Leiden masih malas mengantuk
Aku masih takut matahari pagi, Amsterdam
Aku takut berkelahi dengan museum
Tubuhku masih saja dingin, Amsterdam
Meski Leiden telah beri aku api
Di tubuh manuskrip
Di tubuh koran-koran 1800-an
Tubuhku semakin beku saja, Amsterdam
Meski Leiden selalu malas tidur siang
Aku melihat orang-orang terus berputar
Mereka memilih berpusingan di atas kanal
Tubuhku semakin kaku saja, Amsterdam
Meski Leiden sudah pulang duluan
Aku melihat orang-orang melamun
di bawah molen, Amsterdam
Mereka tak kuasa membayangkan
kehancuran ibu-ibu dokumen
Membayangkan anak-anaknya
tinggal di tepi sungai yang dangkal
Aku masih saja gigil, Amsterdam
Sedang Leiden masih tak pernah
mau mengantuk
Lalu, aku memilih menjadi es sendirian.