KBRN, Rembang : Jembatan Desa Sidorejo Kecamatan Pamotan putus karena diterjang banjir, Senin (6/4/2020) malam. Putusnya jembatan yang menghubungkan warga ke Desa Samaran itu membuat warga harus memutar ke dusun Glodok Sidorejo yang jaraknya lebih jauh.
Pemkab Rembang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTaru), Selasa (7/4/2020) langsung meninjau ke lokasi dan mengecek kondisi jembatan. Sayapan jembatan ambrol sehingga tidak bisa dilewati.
Kepala DPUTaru, Sugiarto mengatakan ambrolnya sayapan dikarenakan adanya perubahan arus air sungai karena tambahan sedimentasi dan banyaknya rumpun bambu di sekitar jembatan. Adanya perubahan arus air, membuat air dengan volume besar menabrak sayapan jembatan.
"Tadi warga dan BPBD bekerja bakti untuk mengambil sampah di sekitar jembatan dan bongkahan- bongkahan, namun kurang efektif. Sehingga sore ini saya datangkan alat berat, besok pagi harapannya full kerja semua, kami dengan alat berat, BPBD mungkin suplai logistik dan desa kerja bakti , itu rencana saya angkat sampah termasuk bongkahan sayapan yang ambrol akan kita tata supaya tidak nggrogos lagi, " ungkapnya.
Terkait jembatan darurat menurutnya tidak memungkinkan, jika dibuat dari bambu. Jalan alternatif yang direkomendasikan adalah lewat jembatan yang dibuat dari Dana Desa tahun 2018 dengan lebar 3 meter dan panjang 12 meter senilai Rp. 240 juta, letaknya kurang lebih 200 meter sebelah barat jembatan itu.
Sedangkan untuk penanganan permanen, pihaknya akan segera membuat perencanaannya. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan pengerjaan permanen. (Mifta)
Pemkab Rembang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTaru), Selasa (7/4/2020) langsung meninjau ke lokasi dan mengecek kondisi jembatan. Sayapan jembatan ambrol sehingga tidak bisa dilewati.
Kepala DPUTaru, Sugiarto mengatakan ambrolnya sayapan dikarenakan adanya perubahan arus air sungai karena tambahan sedimentasi dan banyaknya rumpun bambu di sekitar jembatan. Adanya perubahan arus air, membuat air dengan volume besar menabrak sayapan jembatan.
"Tadi warga dan BPBD bekerja bakti untuk mengambil sampah di sekitar jembatan dan bongkahan- bongkahan, namun kurang efektif. Sehingga sore ini saya datangkan alat berat, besok pagi harapannya full kerja semua, kami dengan alat berat, BPBD mungkin suplai logistik dan desa kerja bakti , itu rencana saya angkat sampah termasuk bongkahan sayapan yang ambrol akan kita tata supaya tidak nggrogos lagi, " ungkapnya.
Terkait jembatan darurat menurutnya tidak memungkinkan, jika dibuat dari bambu. Jalan alternatif yang direkomendasikan adalah lewat jembatan yang dibuat dari Dana Desa tahun 2018 dengan lebar 3 meter dan panjang 12 meter senilai Rp. 240 juta, letaknya kurang lebih 200 meter sebelah barat jembatan itu.
Sedangkan untuk penanganan permanen, pihaknya akan segera membuat perencanaannya. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan pengerjaan permanen. (Mifta)
/wo2elspqd2nz7y4.jpeg)
/e7z4mrtqlvtv1ht.jpeg)
